Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


YouTube Music menggantikan Spotify

Era membeli kaset telah sirna, sementara membeli musik digital dalam bentuk audio cakram kompak juga sudah terlalu populer lagi. Saya tidak menyimpan lagi kaset dan audio CD yang saya beli bertahun-tahun lalu. Perpindahan dekade, abad sekaligus milenium dari tahun 1990-an menuju 2000-an adalah masa-masa penuh kenangan dengan lagu-lagu keren.

Era ini, musik hadir dalam bentuk digital, entah membelinya melalui penyedia (seperti iTunes) atau mendengarkan gratis maupun berbayar seperti di Spotify atau Deezer. Dan saya sangat menyukai Spotify untuk mendengarkan musik.

Namun kemarin saya beralih ke layanan lain, yaitu YouTube Music. Ya, seperti YouTube yang biasanya menyediakan media user generated content berupa video, kini menyediakan kanal musik. YouTube Music resmi menggantikan Google Play Music yang mungkin kurang laku. Strategi pemasarannya adalah pelanggan bisa mendengarkan musik dan bebas iklan menonton video di kanal YouTube. Anda mungkin merasakan bahwa menonton YouTube saat ini bisa lebih banyak iklan dibandingkan konten, tergantung nasib (baca: algoritme Google).

Sebenarnya harga yang ditawarkan baik oleh YouTube Music, Spotify, maupun Deezer tidak berbeda jauh. Ada paket personal, dan ada paket keluarga. Harganya juga bersaing. Sayangnya saya tidak terlalu jauh mencoba Deezer, jadi saya tidak bisa bekomentar.

Bagaimana dengan pengalaman pengguna? Menurut saya, untuk aplikasi streaming musik, saya masih menyukai antarmuka Spotify, entah kenapa, terasa lebih nyaman ketika digunakan. Tapi sekali lagi, price for benefit membuat saya memilih YouTube Music.

Baik Spotify maupun YouTube music memiliki paket langganan hemat untuk pelajar. Jadi sekali lagi, harga keduanya bisa sangat terjangkau. Apalagi dengan fitur penyimpan lagu menjadi berkas luring, lebih mudah bagi yang suka bepergian. Kelemahannya, YouTube music tidak memiliki paket harian, sehingga bagi yang hanya perlu untuk satu atau dua hari, tentu saja ndak bisa. Beda dengan Spotify, jika hanya perlu paket premium sehari, tinggal beli dengan pulsa.

Saya juga pernah membeli paket sharing Spotify dari niaga elektronik seperti Shopee, hasilnya belum selesai masa berlangganan, saya sudah “ditendang” dari kelompok sharing. Kebanyakan akun sharing yang dijual seperti itu, jadi jangan terlalu berharap layanan bagus, mending keluar uang berenam untuk sama-sama berlangganan, kan jadi murah.

Hal menarik lain dari YouTube music adalah tidak tersedianya aplikasi tersendiri bagi desktop. Sehingga jika ingin mendengarkan di komputer/laptop harus memasang aplikasi berbasis peramban dengan apa yang dinamakan progressive web app (PWA) untuk chromium, seharusnya semua peramban berbasis chromium bisa melakukannya. Tentu saja pengguna juga bisa langsung memutarnya dari peramban.

Hanya saja, dengan menggunakan PWA, fitur seperti mengunduh lagu tidak tersedia. Sehingga Anda bergantung pada kualitas jaringan internet yang baik untuk mendengarkan lagu-lagunya. Berbeda dengan Spotify yang memiliki aplikasi asali, lagu bisa diunduh dan disimpan di komputer.



Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: