Empat hari yang lalu, Microsoft mengumumkan peluncuran Windows 11 sebagai penerus Windows 10. Banyak ulasan sudah muncul oleh mereka yang mencoba. Sementara saya sendiri berpikir sesuatu yang lain.
Sistem operasi seperti Windows 11 adalah sebuah investasi. Oke bahwa Windows 10 gratis, dan mungkin peningkatan ke Windows 11 yang akan meluncur di akhir tahun ini juga gratis. Tapi Anda tetap harus membiasakan diri dalam ekosistemnya, walau tentu saja ekosistem Windows tampaknya tidak banyak berubah.
Saya memiliki 3 laptop di keluarga saya yang berjalan dengan Windows 10. Satu akan segera saya alihkan ke distribusi Linux, karena dengan pembaruan pada Windows 10 21H1 tampaknya sangat terbebani kinerjanya. Satu lagi kemungkinan bisa ditingkatkan ke Windows 11 karena menggunakan prosesor intel generasi ke-8. Sementara yang terakhir akan tetap berada dengan Windows 10 hingga akhir masa dukungan karena berteknologikan intel generasi ke-7 yang tidak didukung lagi pada Windows 11.
Windows 10 memiliki rencana usia 10 tahun. Sejak diluncurkan pada 2015, harusnya akan tetap mendapat dukungan hingga 2025, atau empat tahun lagi.
Saya membeli laptop Dell saya pada awal 2017, dua tahun setelah Windows 10 diluncurkan. Dan baru digunakan selama 4 tahun, tanpa ada penurunan performa hanya beberapa kali servis dan penggantian SSD untuk memastikan masih berumur lebih panjang lagi.
Ini berarti jika laptop saya tidak mengalami kerusakan mesin, maka dalam 4 tahun hingga berakhirnya usia Windows 10, laptop saya masih dapat digunakan dengan baik. Dengan total usia laptop 8 tahun, saya rasa itu investasi yang cukup baik.
Laptop Acer saya sebelum ini, menemani saya selama kisaran waktu yang sedikit lebih panjang, karena sejak 2008 dapat ditingkatkan dari Windows Vista ke Windows 7 lalu ke Windows 8/8.1 dan terakhir sempat ke Windows 10 sebelum memang mulai bermasalah akibat paparan debu letusan Kelud pada 2014, dan tutup usia pada tahun 2016/2017 akhir karena koneksi antara papan induk dan layar tidak dapat diperbaiki lagi.
Laptop adalah investasi yang mahal bagi saya. Karena tidak seperti ponsel, saya tidak pernah membeli laptop bekas, saya juga selalu menggunakan anggaran yang berkisaran di antara USD 1K.
Jadi walau saya megap-megap, saya ingin nilai USD 1K ini benar-benar bernilai selama bertahun-tahun ke depannya. Inilah juga yang membuat saya mengapa tidak pernah memiliki laptop keluaran Apple, karena di luar anggaran.
Oke, pengecualian dengan Mac Mini kemarin yang toh akhirinya “eksperimen” itu saya akhiri dengan agak kecewa.
Jadi, jika hanya karena tidak bisa upgrade ke Windows 11 saya harus ganti laptop dengan anggaran yang sama. Saya rasa itu tidak sepadan.
For me a laptop is a necessity, it is not a luxury.
Saya bisa saja memotong separuh anggaran tersebut, setiap 4-5 tahun membeli laptop baru. Tapi saya tidak akan bisa mendapatkan kinerja yang saya inginkan. Memang ada rekomendasi agar komputer disiapkan untuk usia tersebut, dan saya setuju, karena saya merasakans sendiri, lompatan teknologi komputer dalam lima tahun adalah dunia yang sepenuhnya berbeda. Tapi bukan berarti teknologi dari lima tahun sebelumnya tidak bisa memenuhi kebutuhan saya.
Saya biasanya melakukan pertimbangan sebulan untuk mendapatkan laptop yang paling sesuai, baik dengan anggaran, performa, portabilitas, dukungan, serta taksiran usia dari ketahanan bangun barang itu.
Jadi ketika saya tidak bisa melakukan peningkatan ke Windows 11, maka pertimbangan saya adalah tetap berada di Windows 10 hingga masa hidupnya selesai. Setelah itu saya memiliki beberapa pilihan.
Pilihan paling asyik tentunya punya laptop baru, entah Mac Os, Windows 11, atau Linux. Saya tidak begitu peduli, karena kebanyakan pekerjaan saya kini berada di sistem awan (cloud computing). Tapi Windows membuat nyaman di tempat kerja, karena banyak yang paham dan tidak merumitkan orang lain.
Pilihan lain adalah jika laptop tua saya pada waktu itu masih cukup baik (dan jika suku cadang masih tersedia), maka saya mungkin akan mengalihkannya ke sistem operasi lain. Linux adalah pilihan awal dengan distribusi umumnya, sementara yang lain adalah menggunakan yang lebih spesifik, seperti Cloud Ready.
Jadi saya tidak terlalu memikirkan upgrade ke Windows 11, kecuali untuk satu laptop milik istri saya yang mungkin “berhak” untuk upgrade pada saatnya nanti.
Tapi saran saya, jika Anda hendak membeli laptop, maka tahun depan adalah waktu yang baik, untuk mendapatkan laptop Windows 11 (jika memang rilis tahun ini), dan mendapatkan manfaat dukungan usia yang panjang.
Jika Anda ingin mendapatkan Windows 11, lihat dulu apakah laptop Anda mendukung. Membeli laptop bekas yang mendukung upgrade ke Windows 11 juga pilihan yang baik dan (mungkin) lebih hemat.