Yang kemarin mudik, baik pakai roda dua maupun empat, kalian pakai aplikasi navigasi apa?
Ho ho…, mungkin kebanyakan akan menjawab Google Maps, karena merupakan aplikasi paling populer yang sering kita dengar dan kita gunakan di ponsel pintar.
Google Maps memang bisa untuk navigasi dengan bantuan peta dan GPS. Tapi saya sendiri kurang suka pakai Google Maps untuk navigasi. Saya memang menggunakan Google Maps untuk mencari informasi di peta, seperti Google untuk mencari informasi di web; tapi tidak untuk navigasi.
Ada yang menyarankan Google Maps Go, tapi saya sendiri tidak melihat banyak bedanya.
Google Maps menurut saya terlalu kompleks untuk melakukan navigasi. Saya hanya perlu dari titik A ke B, oke, selesai.
Aplikasi navigasi favorit saya sampai saat ini masih tetap Waze. Saya menggunakannya sejak era Symbian di ponsel Nokia.
Tentu saja Waze dan Google sudah duduk lama di pelaminan, dan saya sempat bertanya-tanya nasib aplikasi ini dulu. Tapi sepertinya, walau tidak banyak kemajuan, Waze tetap nyaman digunakan untuk navigasi.
Waze sebenarnya tergantung pada komunitas, sehingga jika komunitas Waze di tempatmu terbatas, maka kemampuannya juga akan terbatas. Waze juga sangat bergantung pada koneksi internet, jadi sangat penting untuk membuat rencana perjalan ketika akan melewati area nirsinyal, di mana Waze mungkin tidak akan bisa digunakan dari awal di daerah tersebut.
Waze punya banyak model kendaraan dan koleksi suara dari yang formal hingga yang lucu-lucu. Yang agak kurang mengenakkan mungkin adalah iklan yang muncul sesekali kita berhenti di lampu lalu lintas.
Jika lewat tol mungkin tidak masalah, tapi daerah pedesaan atau di luar Jawa mungkin menjadi mimpi buruk pengguna Waze. Entahlah, karena saya tidak berada di luar Jawa.
Lalu bagaimana dengan mereka yang berada di daerah dengan sinyal internet yang buruk?
Google Maps sebenarnya bisa menawarkan solusi peta offline (luring). Tapi ada sejumlah aplikasi lain yang menawarkan ini dengan cukup baik.
Sygic dan TomTom bermitra dalam menghadirkan fitur ini. Baik aplikasi Sygic maupun TomTom Go cukup enak digunakan.
TomTom Go sepenuhnya premium, sekitar IDR 320K setahun. Sementara Sygic ada gratisnya, dengan harga premium setara. Fitur premium Sygic cukup menggoda, termasuk HUD, pembaca tanda lalu lintas, dashcam, hingga kokpit kemudi.
Permasalahannya adalah peta Sygic untuk Indonesia masih terbatas, sehingga cocok digunakan untuk kota besar, tapi mungkin tidak cocok di luar area tersebut. Jika petanya cukup lengkap, mungkin ini bisa jadi favorit baru saya.
Lalu apa alternatif lain?
Saya memilih peta yang dulu dikembangkan oleh Nokia, yaitu Here atau lebih aplikasinya bernama Here We Go.
Here We Go menurut saya merupakan aplikasi navigasi yang paling sederhana, namun dengan peta offline yang paling perkasa. Sama seperti halnya Waze, Anda bisa menbahkan jalan yang belum terpetakan melalui situs kontributornya. Misal untuk jalan di perumahan Anda.
Kesemua aplikasi di atas memiliki banyak fitur unggulan masing-masing. Dan sementara ini, selain Google Maps, hanya Waze, Sygic, dan Here We Go yang dapat saya rekomendasikan untuk aplikasi navigasi yang nyaman.
Kesemuanya bisa menampilan data lalu lintas secara akurat, terutama Waze dan Here We Go jika digunakan secara online. Tapi perlu diingat, online memerlukan sumber daya internet, dan jika menggunakan ponsel akan bermakna menguras baterai lebih cepat.
Anda bisa melihat lebih banyak fitur mereka di kanal YouTube masing-masing pengembang.
Tinggalkan Balasan