Sejak saya menggunakan Internet, mungkin dua puluh tahun, peramban (web browser) seperti Microsoft Explorer, Netscape, Firefox dan Opera menjadi primadona dengan mesin pencari (search engine) dari Yahoo! Satu dasawarsa kemudian, Chrome dan Google sebagai pasangan peramban dan mesin telusur terlaris di sekitar saya. Bahkan hingga kini.
Saya sendiri sudah beralih sebagian besar menggunakan Edge dan Bing, produk peramban dan mesin telusur dari Microsoft sejak beberapa tahun terakhir. Edge sendiri lebih seperti Chrome yang dilengkapi oleh pisau Swiss, sehingga lebih banyak manfaat yang bisa saya gunakan. Sementara Bing, hasil pencariannya untuk konten lokal tidak sebaik Google. Tapi ketika tidak mencari konten lokal, maka Bing menurut saya memberikan tampilan yang bermutu dibandingkan atau setidaknya setara dengan Gooogle.
Tapi saya tidak selalu merekomendasikan Bing. Jika Bing bermanfaat bagi saya, maka belum tentu orang lain juga mendapatinya bermanfaat. Untuk penelurusan khazanah lokal, maka Google lebih unggul. Mesin telusur selalu tentang bagaimana kita menggunakannya. Saya bahkan masih menggunakan mesin telusur seperti DuckDuckGo untuk menguji hasil telusuran untuk beberapa kasus tertentu.
Mesin telusur menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern, sehingga tidak jarang kita mendengarkan istilah, “Tanya Mbah Google” sebagai bentuk jargon untuk mencari pelbagai jawaban yang mungkin bisa digali dari Internet. Karena kita menganggap Internet adalah gudangnya serba-serbi informasi dari pelbagai disiplin keilmuwan hingga kabar sosiokultural.
Seiring dengan meningkatnya informasi di Internet, saya sendiri menemukan kendala untuk memilah mana yang benar-benar berisi informasi yang saya butuhkan. Lalu tiba ChatGPT pada akhir tahun lalu yang memberikan saya kejutan besar. Dan seperti yang dinanti, kini Bing hadir dengan fitur percakapan (chat) yang juga menggunakan teknologi kecedersan buatan atau AI (artificial intelligence) untuk membantu mempermudah penelusuran.

Bagaimana AI bisa membantu pengguna dalam melakukan penelusuran. Jika penelusuran biasa ibaratnya kita masuk ke perpustakaan kemudian mencari sendiri buku-buku mana yang kita perlukan dan membukanya satu per satu untuk mencari jawaban. Maka AI dalam hal ini Bing Chat akan membantu pengguna menjawab pertanyaan yang diajukan dalam bentuk ringkasan, kemudian memberi petunjukan di mana bagian ringkasan itu dapat dibaca lebih lengkap lagi.
Hal yang saya rasakan bermanfaat dari AI dalam menelusuri internet adalah:
- Mendapatkan jawaban praktis langsung dan sumber yang menjadi rujukannya.
- Menghindari terkena jebatan click-bait dari judul artikel yang bombastis tapi tidak ada isinya yang bermakna.
- Kurva belajar pendek, dalam artian jika sudah terbiasa menggunakan Google atau Bing dengan segenap trik-nya, maka menggunakan AI akan terasa lebih mudah.
- Menghemat waktu pencarian di Internet.
Tentu saja selain manfaat, ada beberapa kekurangan Bing Chat. Pertama, tidak semua orang bisa mengakses fitur ini secara langsung, tidak seperti Google, siapapun bisa menggunakannya. Kedua, belum tersedia dalam bahasa Indonesia, ini juga membatasi akses pengguna yang tidak mampu berbahasa menggunakan bahasa yang didukung. Ketiga, pengguna yang tidak paham bagaimana cara bertanya mungkin akan tidak menemukan apa yang mereka inginkan (garbage in – garbage out).

Dengan adanya penelusuran seperti ini, bagi saya sangat jauh lebih membantu. Hanya saja saya belum tahu bagaimana tanggapan konten kreator, karena AI sudah mengambil konten mereka tanpa membuat pencari informasi mengunjungi secara langsung halaman konten.

Jika pun AI mengarahkan ke halaman konten kreatif untuk topik tertentu, halaman kreatif tersebut bisa jadi bukan halaman kreatif dari asli dari pemegang hak cipta atau terbit. Bisa jadi halaman tersebut adalah situs bajakan, tapi karena saking populernya, halaman tesebut mendapatkan rekomendasi.
Pengguna bisa selalu memberikan masukan pada kinerja AI di Bing Chat, siapa tahu ke depan dapat lebih baik lagi.