Letting Go of Thoughts

Since these days always rainy in my little town, maybe my mind gets dazzling easily. Rain makes me feel softer and slower than I used to be. Be it is I love being able just hearing the sound of celestial tears drop around me. Then, I found a nice poem by T. Merton saying, TheLanjutkan membaca “Letting Go of Thoughts”

Pelajaran Dari Siwa

Melanjutkan kembali edisi tulisan berjudul “Paid Bangkung” sebelumnya, saya telah menerima beragam masukkan dari berbagai suara. Tidak semua orang sepandang dengan saya, dan itu pun adalah kewajaran di dunia ini. Setiap mata bisa melihat hal yang berbeda tergantung sudut pandangnya, jika batas-batas sudut pandang tidak dibongkar, maka sekat-sekat itu masih ada. Ah…, tapi sudahlah, bukanLanjutkan membaca “Pelajaran Dari Siwa”

Siwaratri – Heningnya Sang Padam

Hari ini mengulang kembali apa yang pernah ditulis sebelumnya, menyentuh kembali apa yang ada, namun dalam baris-baris kekinian. Sebagaimana yang telah umum dikenal, malam Siwaratri merupakan malam pemujaan pada Siwa – Sang Penuh Kasih. Diambil dari kisah klasik seorang pemburu bernama Lubdaka, walau terdapat banyak versi dari cerita ini dan juga berbagai pengartian yang diambil,Lanjutkan membaca “Siwaratri – Heningnya Sang Padam”

Sebuah Dialog Dengan Sang Diri

Malam ini seorang sahabat baik meminta saya mengirimkan terjemahan “A Dialogue with Oneself” oleh Jiddu Krishnamurti. Mungkin juga sudah cukup lama saya tidak lagi membuka lembar-lembar karya Jiddu Krishnamurti, namun saya menyimpannya dengan baik dalam beberapa map berkas khusus, sehingga saya dengan cepat dapat menemukannya kembali. Saya pun sudah mengirimkannya via surat elektronik. Tulisan iniLanjutkan membaca “Sebuah Dialog Dengan Sang Diri”

Jika Kau dan Aku

Banyak manusia mencari cahaya, karena mereka hidup dalam kegelapan, tiada kebaikan yang dapat mereka lihat tanpa cahaya. Jika kau dan aku adalah cahaya, maka kita tidak memerlukan cahaya apapun, oleh karenanya pencarian yang melelahkan pun kan sirna. Banyak manusia mencari kedamaian, karena mereka hidup dalam kecemasan, tiada ketenangan yang dapat mereka rasakan tanpa kedamaian. JikaLanjutkan membaca “Jika Kau dan Aku”

Lahir Kembali

Dwijati, sebuah istilah yang kental di pulau dewata, bagi mereka yang telah terlahir dua kali. Namun apa maknanya hal ini? Tentunya dengan nilai pelajaran agama yang pas-pas’an, saya tidak akan berkompeten menjelaskan hal ini dari sudut pandang agama, nah… sebagai gantinya mungkin ada hal lain yang bisa dijadikan sebuah gubahan baru …. Pada suatu soreLanjutkan membaca “Lahir Kembali”

Nang Olog tak Punya yang Sukla

Dalam budaya Bali dikenal kata/istilah sukla, yang berarti sesuatu yang masih murni/baru. Semisal buah yang baru dipetik kemudian digunakan dalam persembahyangan, maka buah itu disebut sukla. Kebalikannya adalah carikan, yaitu sesuatu yang sudah bekas, semisal nasi yang sudah dimakan, sisanya disebut carikan. Pengertian sukla dalam budaya kemudian meluas. Seperti piring sukla, atau bokoran sukla, gelasLanjutkan membaca “Nang Olog tak Punya yang Sukla”

Menyelami Catur Yoga dan Mahavakya

Ini adalah diskusi lama antara Jiddu Krishnamurti dan Svami Vankatesananda yang kuterjamahkan bebas beberapa tahun yang lalu. Terkadang aku suka mengutipnya kembali, dan membacanya kembali. Seperti masuk ke dalam kehidupan yang selalu baru. Hari ke-1 Saanen, 25 Juli 1969 … Penyelidikan cermat Catur Yoga (Empat Jalan Hidup) SVAMIJI: Krishnaji, saya datang sebagai pembicara dengan kerendahanLanjutkan membaca “Menyelami Catur Yoga dan Mahavakya”

Mengapa Saya Tidak Ke Pura?

Beberapa waktu yang lalu seorang sahabat bertanya pada saya, mengapa saya tidak ke Pura? Apakah karena malas atau bagaimana? Hal ini mungkin adalah respon dari tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Mencari Palangkiran”. Saya membagi beberapa hal dalam tulisan saya di surat elektronik kemudian, dan berikut adalah salinannya yang saya cantumkan di sini: Kenapa saya tidakLanjutkan membaca “Mengapa Saya Tidak Ke Pura?”