A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Pengantar

Hepatitis viral1 tetap menjadi permasalahan kesehatan global yang signifikan. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2022 menunjukkan terdapat 254 juta orang dengan hepatitis B kronis2 dan 50 juta orang dengan hepatitis C kronis di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, Survei Kesehatan 2023 mencatat sekitar 6,7 juta penduduk terinfeksi hepatitis B dan 2,5 juta terinfeksi hepatitis C, meskipun telah terjadi penurunan prevalensi yang signifikan dalam dekade terakhir—dari 7,1% pada tahun 2013 menjadi 2,4% pada tahun 2023 untuk hepatitis B.

Memahami jalur penularan dan menerapkan strategi pencegahan yang tepat menjadi kunci dalam upaya eliminasi hepatitis pada tahun 2030, sesuai target Global Health Sector Strategy WHO.

Jenis hepatitis viral

Klasifikasi dan Karakteristik Virus Hepatitis

Hepatitis A

Hepatitis A Virus (HAV) merupakan virus RNA yang ditularkan melalui jalur fekal-oral3. Infeksi HAV umumnya bersifat akut4 dan dapat sembuh sempurna dalam beberapa bulan tanpa menjadi kronis. Masa inkubasi5 berkisar 15-50 hari dengan rata-rata 28 hari.

Studi epidemiologi terbaru di Afrika Selatan (2024) menunjukkan pola distribusi usia yang khas, dengan seroprevalensi6 tertinggi pada kelompok usia 5-9 tahun, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengelompokan di sekolah, variasi curah hujan musiman, dan pola sanitasi lingkungan.

Hepatitis B

Hepatitis B Virus (HBV) merupakan virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut maupun kronis. Penularan terjadi melalui paparan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi. WHO memperkirakan hepatitis B menyebabkan 1,1 juta kematian pada tahun 2022, terutama akibat sirosis7 dan karsinoma hepatoselular8.

Pedoman WHO terbaru tahun 2024 menekankan pentingnya perluasan kriteria pengobatan dan pencegahan transmisi dari ibu ke anak (Mother-to-Child Transmission/MTCT) melalui profilaksis9 antiviral pada ibu hamil.

Hepatitis C

Hepatitis C Virus (HCV) adalah virus RNA yang terutama ditularkan melalui paparan darah yang terkontaminasi. Sebagian besar infeksi HCV (70-80%) berkembang menjadi kronis dan dapat menyebabkan komplikasi serius. Di Indonesia, prevalensi hepatitis C turun dari 1% pada tahun 2013 menjadi 0,5% pada tahun 2022.

Jalur Penularan Hepatitis Viral

A. Penularan Hepatitis A

1. Kontaminasi Makanan dan Air

Hepatitis A menyebar terutama melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi tinja orang yang terinfeksi. Penelitian di Tehran, Iran (2024) yang mempublikasikan hasil deteksi virus enterik10 pada sayuran siap konsumsi dan buah beri menemukan kontaminasi virus pada 10,3% sampel sayuran berdaun dan 4,2% sampel buah beri, terutama stroberi beku.

Virus hepatitis A dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia selama berbulan-bulan, sehingga higienitas yang buruk menjadi faktor risiko utama. Untuk pencegahan:

  • Cuci bersih semua buah dan sayuran dengan air mengalir, bahkan yang akan dikupas
  • Didihkan air minum dari sumber alam (sumur, sungai) minimal 1 menit pada suhu 100°C
  • Hindari konsumsi es kecuali yakin dibuat dari air yang telah didihkan atau air kemasan
  • Masak makanan laut (kerang, tiram) hingga matang sempurna pada suhu internal minimal 75°C

2. Kontak Langsung Antar Manusia

Penularan dapat terjadi melalui kontak dekat dengan penderita hepatitis A, seperti:

  • Perawatan penderita (mengganti popok bayi atau anak yang terinfeksi)
  • Kontak seksual, terutama kontak oral-anal
  • Kontak rumah tangga dengan penderita

Higienitas tangan menjadi kunci pencegahan. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal 20 detik:

  • Setelah menggunakan toilet
  • Setelah mengganti popok
  • Sebelum menyiapkan atau menangani makanan
  • Setelah menyentuh benda-benda di tempat umum

Di toilet umum, gunakan tisu untuk menyentuh pegangan pintu dan tombol flush, atau gunakan kaki untuk mengaktifkan flush otomatis jika tersedia.

B. Penularan Hepatitis B dan C

1. Transmisi Vertikal (Ibu ke Anak)

Transmisi vertikal merupakan jalur penularan utama hepatitis B di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Penularan dapat terjadi:

  • Selama proses persalinan (intrapartum11)
  • Segera setelah kelahiran (peripartum12)
  • Melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh ibu yang terinfeksi

Pedoman WHO 2024 merekomendasikan:

  • Skrining hepatitis B untuk semua ibu hamil (di Indonesia tahun 2024, 89,6% ibu hamil telah menjalani skrining)
  • Pemberian profilaksis Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) untuk ibu hamil dengan HBsAg positif, idealnya mulai trimester kedua hingga minimal saat persalinan
  • Imunisasi hepatitis B dosis pertama (HB0) dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) dalam 24 jam pertama kelahiran untuk bayi dari ibu HBsAg reaktif (di Indonesia, >93% bayi telah menerima imunisasi ini)

Di Indonesia, layanan pemberian antivirus Tenofovir untuk ibu hamil kini tersedia di 1.410 fasilitas kesehatan yang tersebar di 206 kabupaten/kota.

2. Transmisi Melalui Darah dan Cairan Tubuh

a. Penggunaan Jarum Suntik Tidak Steril

Berbagi jarum suntik atau alat suntik lainnya merupakan cara penularan efisien untuk HBV dan HCV. Virus dapat bertahan pada permukaan jarum yang terkontaminasi. Pencegahan meliputi:

  • Program pertukaran jarum steril (Needle Exchange Program) untuk pengguna narkoba suntik
  • Tidak berbagi alat suntik dengan siapa pun
  • Penggunaan jarum sekali pakai pada fasilitas kesehatan
  • Sterilisasi alat medis yang dapat digunakan kembali dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15-20 menit
b. Prosedur Tato dan Tindik

Studi di Paris, Prancis (2025) pada korban kekerasan seksual menemukan prevalensi infeksi menular seksual yang lebih tinggi, termasuk hepatitis B dan C, menekankan pentingnya protokol kontrol infeksi yang ketat.

Untuk meminimalkan risiko saat melakukan tato atau tindik:

  • Pilih salon berlisensi dengan reputasi baik
  • Pastikan petugas menggunakan sarung tangan baru dan mencuci tangan sebelum prosedur
  • Verifikasi bahwa jarum dan peralatan lain adalah baru atau telah disterilkan dengan autoklaf
  • Tinta tato harus dituangkan dalam wadah sekali pakai terpisah untuk setiap klien
  • Permukaan kerja harus dibersihkan dengan disinfektan antara klien
c. Perawatan Kecantikan dan Kebersihan

Layanan perawatan seperti manikur13, pedikur14, dan potong rambut dapat menjadi jalur penularan jika ada paparan darah:

  • Bawa peralatan pribadi (gunting kuku, kikir, alat cukur) jika memungkinkan
  • Pastikan salon mensterilkan peralatan antar klien atau menggunakan peralatan sekali pakai
  • Hindari prosedur yang dapat menyebabkan luka atau pendarahan jika tidak yakin dengan standar higienitas
d. Transmisi Seksual

Hepatitis B dapat ditularkan melalui kontak seksual karena virus dapat ditemukan dalam cairan vagina, semen, dan darah. Penelitian di West Virginia, Amerika Serikat (2019-2023) menunjukkan bahwa 42,9% wanita hamil dengan sifilis juga memiliki infeksi HCV masa lalu atau aktif, mengindikasikan hubungan antara infeksi menular seksual dan hepatitis C.

Strategi pencegahan:

  • Vaksinasi hepatitis B untuk semua pasangan seksual
  • Penggunaan kondom lateks atau dental dam15 secara konsisten dan benar dapat mengurangi risiko penularan
  • Skrining rutin untuk pasangan dengan risiko tinggi
  • Komunikasi terbuka dengan pasangan tentang status hepatitis
e. Berbagi Barang Pribadi

Barang-barang pribadi yang dapat terkontaminasi darah tidak boleh digunakan bersama:

  • Sikat gigi (dapat menyebabkan gusi berdarah)
  • Pisau cukur dan alat cukur
  • Gunting kuku dan alat perawatan kuku
  • Alat kesehatan pribadi seperti alat pengukur gula darah
  • Handuk atau lap yang mungkin terkena darah

Simpan barang-barang pribadi secara terpisah dan beri label jika diperlukan untuk mencegah penggunaan tidak sengaja oleh anggota keluarga lain.

Strategi Pencegahan Komprehensif

1. Vaksinasi

Vaksin Hepatitis A

Vaksin hepatitis A tersedia dan sangat efektif dengan tingkat proteksi mencapai 95-100% setelah dosis lengkap. Jadwal vaksinasi:

  • Dua dosis dengan interval 6-12 bulan
  • Direkomendasikan untuk:
  • Pelancong ke daerah endemis
  • Pekerja layanan makanan
  • Pekerja kesehatan
  • Penderita penyakit hati kronis
  • Pengguna narkoba

Vaksin Hepatitis B

Program imunisasi hepatitis B di Indonesia menunjukkan hasil menggembirakan:

  • Tahun 2023: >2,3 juta dari 4,4 juta bayi baru lahir menerima imunisasi HB0 dalam 24 jam pertama
  • Cakupan imunisasi tenaga kesehatan mencapai 58% sejak Oktober 2023
  • Vaksinasi dewasa direkomendasikan untuk kelompok berisiko tinggi

Jadwal vaksinasi standar:

  • Bayi: Dosis lahir (HB0) dalam 24 jam, dilanjutkan pada usia 2, 3, dan 4 bulan
  • Dewasa: Tiga dosis pada bulan 0, 1, dan 6
  • Respon antibodi harus diperiksa 1-2 bulan setelah dosis ketiga untuk kelompok berisiko tinggi

2. Skrining dan Diagnosis Dini

Program skrining nasional Indonesia meliputi:

  • Ibu hamil: Pada tahun 2023, 3.358.549 ibu hamil menjalani skrining hepatitis B, dengan 50.789 terdeteksi HBsAg reaktif
  • Tenaga kesehatan: 364.002 petugas kesehatan diskrining, dengan 267.574 belum memiliki antibodi dan memerlukan vaksinasi
  • Populasi berisiko tinggi hepatitis C: Sejak 2017 hingga Juni 2024, 967.330 individu menjalani skrining, dengan 42.292 positif anti-HCV

Pedoman WHO 2024 merekomendasikan penggunaan tes viral load16 point-of-care17 untuk meningkatkan akses diagnostik di daerah dengan sumber daya terbatas.

3. Pengobatan Antiviral

Hepatitis B

Terapi lini pertama sesuai pedoman WHO 2024:

  • Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) atau Entecavir sebagai monoterapi
  • Kombinasi TDF/Lamivudine atau TDF/Emtricitabine sebagai alternatif di daerah dengan keterbatasan akses
  • Kriteria pengobatan diperluas untuk meningkatkan cakupan, termasuk adolesen

Hepatitis C

Indonesia telah menyediakan terapi Direct Acting Antiviral (DAA) dengan tingkat kesembuhan >95%:

  • Tersedia di 71 rumah sakit di 56 kabupaten/kota di seluruh provinsi (2024)
  • Sejak 2017 hingga Juni 2024: 11.689 pasien memulai terapi, 8.364 menyelesaikan pengobatan, 3.139 dinyatakan sembuh
  • Target 2024: Semua provinsi memiliki fasilitas layanan pengobatan DAA

4. Sanitasi dan Higienitas Lingkungan

Untuk pencegahan hepatitis A:

  • Penyediaan air bersih dan sistem sanitasi yang memadai
  • Pengolahan limbah yang tepat
  • Edukasi masyarakat tentang higienitas makanan
  • Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

5. Pencegahan di Fasilitas Kesehatan

Standar kewaspadaan universal (universal precautions)18:

  • Anggap semua darah dan cairan tubuh berpotensi menular
  • Gunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai: sarung tangan, masker, pelindung mata, gaun
  • Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi untuk semua peralatan medis
  • Penanganan dan pembuangan jarum suntik yang aman dalam wadah tahan tusukan
  • Protokol pasca-paparan untuk petugas kesehatan

Tantangan dan Prospek Eliminasi Hepatitis di Indonesia

Tantangan Utama

  1. Kesenjangan diagnosis: Dari 6,7 juta orang terinfeksi hepatitis B, baru 56.000 yang terdiagnosis
  2. Kepatuhan pengobatan hepatitis C: Hanya 71,6% (8.364 dari 11.689) pasien menyelesaikan terapi DAA
  3. Distribusi geografis: Kantong prevalensi tinggi masih ditemukan di Maluku dan Papua
  4. Aksesibilitas layanan: Disparitas akses ke layanan skrining dan pengobatan antar wilayah
  5. Kesadaran masyarakat: >60% populasi Indonesia belum memiliki kekebalan terhadap hepatitis B

Strategi ke Depan

Untuk mencapai eliminasi hepatitis pada 2030, Indonesia menerapkan strategi “ATASI”:

  1. Akses layanan kesehatan yang merata
  2. Tes dan skrining masif
  3. Antiviral untuk semua yang memenuhi kriteria
  4. Soliditas komitmen lintas sektor
  5. Imunisasi menyeluruh

Kesimpulan

Hepatitis viral tetap menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan, namun kemajuan dalam vaksinasi, diagnostik, dan terapi antiviral memberikan harapan untuk mencapai eliminasi pada tahun 2030. Indonesia telah menunjukkan penurunan prevalensi yang menggembirakan untuk hepatitis B (dari 7,1% menjadi 2,4% dalam dekade terakhir) dan hepatitis C (dari 1% menjadi 0,5%).

Memahami jalur penularan dan menerapkan strategi pencegahan yang tepat—mulai dari higienitas personal, vaksinasi, skrining rutin, hingga pengobatan antiviral yang tepat waktu—merupakan kunci keberhasilan upaya eliminasi. Pendekatan komprehensif yang melibatkan pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, komunitas, dan masyarakat secara keseluruhan sangat diperlukan untuk memutus rantai penularan dan mewujudkan Indonesia bebas hepatitis.

Setiap individu memiliki peran penting: menjaga higienitas personal, melakukan skrining berkala, melengkapi imunisasi, dan mendukung orang dengan hepatitis untuk mendapatkan akses pengobatan yang layak. Dengan kolaborasi dan komitmen bersama, target eliminasi hepatitis 2030 bukanlah mimpi yang mustahil.


Referensi

  1. World Health Organization. Guidelines for the prevention, diagnosis, care and treatment for people with chronic hepatitis B infection. Geneva: WHO; 2024. https://www.who.int/publications/i/item/9789240090903
  2. Marcellin P, Kutala BK. WHO 2024 hepatitis B guidelines: an opportunity to transform care. The Lancet Gastroenterology & Hepatology. 2024;9(8):694-695. https://doi.org/10.1016/S2468-1253(24)00089-X
  3. Coffin CS, Zhou K, Terrault NA. New and Old Biomarkers for Diagnosis and Management of Chronic Hepatitis B Virus Infection. Gastroenterology. 2019;156(2):355-368.e3. https://doi.org/10.1053/j.gastro.2018.11.037
  4. Di Cola G, Prez VE, Fantilli AC, et al. Detection and genotyping of enteric foodborne viruses in ready-to-eat leafy vegetables and berries from Córdoba, Argentina. Food Research International. 2025;219:116963. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2025.116963
  5. Bhagwandin K, Thaver-Kleitman J, Subramoney K, et al. Exploring the Epidemiological Surveillance of Hepatitis A in South Africa: A 2023 Perspective. Viruses. 2024;16(6):894. https://doi.org/10.3390/v16060894
  6. Rafieepoor M, Mohebbi SR, Hosseini SM, et al. Detection of human enteric viruses in fresh produce of markets, farms and surface water used for irrigation in the Tehran, Iran. Science of The Total Environment. 2024;912:169575. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2023.169575
  7. Geli J, Harmel C, Liautard M, et al. Contamination by sexually transmitted infections following sexual violence: A retrospective study at the Forensic Unit of Hôtel-Dieu, Paris, France. Forensic Science International. 2025;378:112690. https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2025.112690
  8. Hudson AG, Huff B, Boote J, et al. Hepatitis C Co-infection Among Pregnant Women With Syphilis in West Virginia, 2019-2023. Open Forum Infectious Diseases. 2025;12(12):ofaf716. https://doi.org/10.1093/ofid/ofaf716
  9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Angka Hepatitis B dan C di Indonesia Turun. Jakarta: Kemenkes RI; 2024. Diakses dari https://kemkes.go.id/id/angka-hepatitis-b-dan-c-di-indonesia-turun
  10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Putuskan Penularan, Wujudkan Indonesia Bebas Hepatitis 2030. Jakarta: Kemenkes RI; 2025. Diakses dari https://kemkes.go.id/id/putuskan-penularan-wujudkan-indonesia-bebas-hepatitis-2030
  11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Hepatitis 2020-2024. Jakarta: Kemenkes RI; 2020.
  12. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023. Jakarta: Kemenkes RI; 2023.
  13. World Health Organization. Global hepatitis report 2024. Geneva: WHO; 2024.
  14. Muljono DH. Epidemiology of Hepatitis B and C in Republic of Indonesia. Euroasian Journal of Hepato-Gastroenterology. 2017;7(1):55-59. https://doi.org/10.5005/jp-journals-10018-1212
  15. Terrault NA, Lok ASF, McMahon BJ, et al. Update on Prevention, Diagnosis, and Treatment of Chronic Hepatitis B: AASLD 2018 Hepatitis B Guidance. Hepatology. 2018;67(4):1560-1599. https://doi.org/10.1002/hep.29800

Catatan Penting: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan informasi kesehatan masyarakat. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional untuk diagnosis, pengobatan, dan nasihat medis yang spesifik untuk kondisi individual Anda.

  1. Hepatitis viral: Peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus, terutama virus hepatitis A, B, C, D, dan E ↩︎
  2. Kronis: Berlangsung dalam jangka waktu panjang, umumnya lebih dari 6 bulan ↩︎
  3. Jalur fekal-oral: Cara penularan penyakit dari tinja (feses) orang yang terinfeksi ke mulut orang yang sehat, biasanya melalui makanan atau air yang terkontaminasi ↩︎
  4. Akut: Timbul secara mendadak dengan gejala yang jelas dalam waktu singkat ↩︎
  5. Masa inkubasi: Periode waktu antara masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh hingga munculnya gejala penyakit ↩︎
  6. Seroprevalensi: Prevalensi atau tingkat keberadaan antibodi terhadap suatu penyakit dalam darah populasi tertentu ↩︎
  7. Sirosis: Kondisi kerusakan hati permanen dimana jaringan hati normal digantikan oleh jaringan parut, mengganggu fungsi hati ↩︎
  8. Karsinoma hepatoselular: Kanker hati primer yang berasal dari sel-sel hati (hepatosit) ↩︎
  9. Profilaksis: Tindakan pencegahan penyakit sebelum terjadinya infeksi ↩︎
  10. Virus enterik: Virus yang menginfeksi saluran pencernaan ↩︎
  11. Intrapartum: Periode selama proses persalinan berlangsung ↩︎
  12. Peripartum: Periode sekitar waktu kelahiran, mencakup beberapa minggu sebelum hingga beberapa minggu setelah melahirkan ↩︎
  13. Manikur: Perawatan kuku tangan termasuk pembersihan, pemotongan, dan pewarnaan ↩︎
  14. Pedikur: Perawatan kuku kaki termasuk pembersihan, pemotongan, dan perawatan kulit kaki ↩︎
  15. Dental dam: Penghalang lateks tipis yang digunakan sebagai pelindung saat melakukan kontak oral-genital atau oral-anal ↩︎
  16. Viral load: Jumlah virus dalam darah, diukur sebagai jumlah kopi RNA atau DNA virus per mililiter darah ↩︎
  17. Point-of-care: Pemeriksaan yang dilakukan di dekat atau di tempat pasien berada, memberikan hasil cepat untuk keputusan klinis segera ↩︎
  18. Universal precautions: Pendekatan pencegahan infeksi dengan menganggap semua darah dan cairan tubuh berpotensi menular, terlepas dari status infeksi yang diketahui ↩︎

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

3 tanggapan

  1. Mmusyidpw Avatar
    Mmusyidpw

    Begitu rupanya. Thanks telah berbagi pengetahuan bermanfaat ini.

    Suka

  2. Putu Sudayasa Avatar

    iya, karena infeksi hepatitis masih menjadi endemis didaerah tropis maka mencegaha cara penularannya sangat penting, dimulai dengan menerapkan polah hidup bersih dan sehat (PHBS)…

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Mmusyidpw Batalkan balasan