Katanagatari – Sebuah Kisah Pedang

Katanagatari adalah serial animasi yang saya selesaikan menontonnya di akhir pekan ini, diangkat dari novel pendek oleh Nisio Isin. Berkisah tentang seorang ahli beladiri seni pedang tanpa pedang dan petualangaannya ke dunia luar yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.

Katanagatari is the story of Yasuri Shichika, a swordsman that fights without a sword, and Togame, an ambitious strategist that seeks to collect twelve legendary swords for the shogunate. The son of an exiled war hero, Yasuri Shichika is the seventh head of the Kyotoryuu school of fighting and lives on isolated Fushou Island with his sister. At a request from the female general Togame, Shichika and Togame set out on a journey across Edo-era Japan to collect the twelve Deviant Blades.

Serial Anime Katanagari

Shichika adalah ahli pedang aliran Kyot?ryuu (suatu aliran pedang yang tidak menggunakan pedang sama sekali) generasi ketujuh, ia lahir di pulau terpencil oleh karena orang tua-nya diasingkan oleh pemerintahan Shogun pada masa itu (era Edo), karena meskipun bergelar pahlawan pada masa pemberontakan, kemampuannya tetap dianggap berbahaya. Setelah orang tuanya meninggal, Shichika hidup bersama kakak perempuannya yang sakit-sakitan di pulau tersebut tanpa mengenal dunia luar.

Hingga suatu hari, Togame – ahli strategi Shogun pada masa itu mendatangi pulaunya untuk meminta kepala aliran Kyot?ryuu membantunya menggumpulkan 12 pedang aneh yang melegenda yang ditempa ratusan tahun lalu oleh Kiki Shikizaki seorang maestro di bidang pembuatan senjata, yang pada kisah selanjutnya terungkap bahwa ia lebih dari itu, dan memiliki peran besar dalam kisah ini. Dan di sinilah kisah pencarian kedua belas pedang tersebut yang melibatkan Shichika dan Togame berlanjut.

Saya tidak tahu apakah karena diangkat dari novel kemudian membuat kisah ini lebih terkesan seperti pada sebuah pentas drama atau opera. Karena hanya sebuah serial pendek, 12 episode dengan tiap-tiap episode sekitar 49 menit, maka untuk memadatkan cerita, anime ini lebih banyak memiliki percakapan daripada adegan aksi. Namun demikian di sinilah saya rasa keunikannya, karena malah seperti membaca sebuah buku ketimbang menonton film. Jika ada film-film yang ditampilkan tanpa dialog untuk bisa dipahami, maka serial ini adalah kebalikannya.

Animasinya tidak dibuat terlalu menarik sebagaimana kebanyakan anime saat ini, namun bahkan lebih tampak seperti melihat lukisan klasik. Nilai lebihnya adalah pada kesederhanaan animasi, namun dengan komposisi warna yang digunakan cukup unik, saya belum pernah menemukan yang seperti ini pada animasi lainnya. Sepertinya menggunakan latar yang polos dengan penekanan kontras yang apik pada poin-poin tertentu di dalam kisah ini. Bahkan banyak animasi dibuat konyol dan seadanya pada bagian-bagian yang humoris pada kisah ini.

Jadi animasinya tidak dibuat berlebihan, namun sangat ramah dan apik untuk disaksikan, bahkan banyak orang yang berkata bahwa ini adalah anime dengan animasi yang unik. Belum lagi latar musik yang digunakan, saya akan berikan lima bintang untuk latar musiknya, perpaduan musiknya memiliki kekuatan pendukung sebagaimana banyak film animasi yang berhasil memenangkan penghargaan internasional.

Plot ceritanya pun mudah dipahami, tentunya jika penontonnya menyimak dengan baik. Di sini tidak ada kisah kepahlawanan, karena tidak bercerita tentang pahlawan, tidak juga bercerita tentang benar dan salah, apalagi kisah-kisah menyelamatkan dunia. Jadi jangan berharap ada kisah fantasi ala Naruto atau One Piece di dalamnya. Ini tentang perjalanan orang biasa, yang kebetulan dia adalah ahli pedang dan membuat pelbagai hal-hal yang terkait dengan dunia pedang terpilin sepanjang perjalanannya. Anda juga tidak bisa berharap bahwa jalan ceritanya akan menjadi akhir bahagia atau akhir yang sedih pun juga akhir yang heroik, Anda mungkin menemukan bagian-bagian cerita tidak seperti yang diduga-duga atau diharapkan.

Sedemikian hingga saya rasa penulisnya memiliki kenetralan dalam menuliskan kisahnya, sehingga sesuatu tampak berjalan begitu alami. Tapi karena kisah ini mengambil latar di saman Edo, di mana pembunuhan bisa terjadi dengan mudah, bahkan tanpa perlu pemikiran kedua, maka serial animasi ini mungkin tidak pas bagi anak-anak di bawah usia 15 tahun. Setidaknya sampai pelajaran sejarah di sekolah menyentuh bab tentang sejarah dunia.

Berikut adalah trailer serial ini yang saya pinjam dari Youtube:

Jika Anda tertarik, katanya Juli ini akan keluar seri kepingan blu-ray-nya, tapi entah apa akan ada di negeri ini. Saya rasa juga kecil kemungkinannya tayang di televisi lokal, apalagi per episode-nya memiliki waktu bersih 49 menit lebih. Jika akan mengambil jam tayang sejam-pun pasti akan dipotong banyak iklan, padahal di serial ini esensi ceritanya didapatkan dari sebagian besar percakapan/dialog yang tidak dapat dipotong-potong. Jika tidak, bahkan yang menonton mungkin tidak akan paham mengapa kisah ini mengambil judul “Katanagatari”.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.