Beberapa hari yang lalu saya menemukan ada aplikasi khusus untuk berbagi foto di seputar lingkungan rumah sakit yang kita kunjungi. Namanya Hospital Pix, sepertinya keren dan bisa menjadi media promosi bagi pemilik rumah sakit, namun tetap harus bijak menggunakannya. Mengambil gambar di rumah sakit bisa jadi bukan hal yang bijak sepenuhnya, terutama jika menyangkut isu privasi.
Setiap orang yang berkunjung ke rumah sakit, biasanya hendak berobat, mengantar yang berobat, atau sedang menjalani pengobatan. Kecuali karyawan rumah sakit, Anda yang datang ke rumah sakit biasanya sebagian besar berasal dari ketiga golongan tersebut.
Tidak semua orang sakit ingin penyakitnya diketahui oleh orang lain, walau sebagian yang lain mungkin akan senang mempublikasikan kunjungannya ke rumah sakit, misalnya foto selfie saat sedang dipasang infus. Kita sedang berusaha berempati dengan mereka yang tidak ingin orang lain tahu bahwa dia sedang memerlukan rumah sakit, dia ingin cukup dia dan pihak rumah sakit yang tahu kondisinya.
Anda mungkin tidak sengaja melihat pasien dengan kondisi menyedihkan, atau pasien dalam kondisi menghebohkan; biasanya, jika Anda generasi 2.0 (yang katanya melek gadget dan internet) akan secara otomatis mengambil kamera dan menjepret apa yang mereka sedang saksikan, lalu dengan cepat kedua jempolnya membawa gambar tersebut ke pelbagai jejaring sosial, dan mungkin menjadi viral.
Jika Anda menjadi pasien itu, bisa jadi Anda tidak ingin menjadi korban paparazi dadakan bukan? Di sinilah pentingnya empati, coba hindari mengambil foto/gambar orang lain di rumah sakit tanpa seizin yang bersangkutan, dan hal ini sebenarnya berlaku lazim tidak hanya di rumah sakit, namun rumah sakit menjadi tempat yang lebih rentan pelanggaran privasi seperti ini terjadi.
Anda bisa mengambil gambar Anda, atau sanak keluarga, atau bayi Anda yang baru lahir dan berbagi momen kebahagiaan itu di dunia maya. Namun hindari berbagi momen kesedihan dan kesusahan orang lain secara sepihak di lingkungan rumah sakit.
Tinggalkan Balasan