Selain sakit gigi, maka masalah kesehatan mulut lainnya yang sering menimbulkan kejengkelan adalah seriawan, adalah dalam bahasa medis kita kenal sebagai stomatitis (peradangan mulut, baik rongga mulut, lidah, maupun bibir). Menjengkelkan mungkin karena kita tidak selalu tahu kenapa bisa muncul, dan kadang dokter juga tidak bisa menjelaskan secara sempurna kenapa seriawan tidak kunjung membaik. Di sisi lain, kadang dokter tidak selalu bisa memberikan terapi yang memuaskan.
Pendahuluan
Gejala dan tandanya nyatanya berupa rasa nyeri dan perih di sekitar area lesi/luka sariawan ini dengan luka yang bisa terbuka kemerahan, keputihan, atau kadang hanya rasa terbakar saja (burning mouth syndrome). Stomatitis bisa muncul sebagai lesi tunggal maupun jamak, umumnya sesuai dengan faktor penyebabnya. Kekhawatiran yang ditimbulkan adalah penurunan selera makan & minum karena rasa tidak nyaman, di mana ini justru menyebabkan kekurangan asupan nutrisi dan bisa mengarah pada dehidrasi yang pada akhirnya memperburuk kondisi seriawan itu sendiri, atau kita akan mulai sebut stomatitis lain kali.
Penanganan stomatitis bagi dokter tidak begitu sulit, tapi mungkin sulit bagi pasien karena acap berhubungan erat dengan kebiasaan pasien sendiri dalam menjaga kebersihan (higienitas) gigi dan mulut. Sehingga tidak semua terapi stomatitis dapat berakhir dengan memuaskan. Dan ada kalanya walau terapi berhasil, kekambuhan stomatitis masih menjadi suatu tantangan tersendiri.
Di sini saya hanya berusaha berbagi sedikit tentang stomatitis, dalam tata laksananya di layanan kesehatan.
Penyebab
Lalu apa yang menyebabkan stomatitis atau seriawan ini? Tentu saja ada banyak sekali kemungkinannya. Infeksi lokal, penyakit sistemik, iritasi secara kimia ataupun fisik, atau bisa jadi reaksi alergi, bahkan kadang tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Biasanya rongga mulut pada kondisi normal dilindungi oleh aliran saliva (air ludah) terhadap pelbagai serangan zat dan kuman asing, sehingga stomatitis jarang terjadi. Sehingga jika aliran ini terganggu dan menyebabkan xerostomia (mulut kering), pertahanan rongga mulut melemah dan kemungkinan gangguan stomatis adalah hal komplikasi yang akan mengikuti. Jika ada kesempatan, kita akan membahas xerostomia lain kali.

Beberapa penyebab tersering dari stomatitis adalah:
- RAS (stomatitis aftous berulang), umumnya mengenai 20%-30% pada orang dewasa, dan mungkin lebih besar pada anak-anak. Cenderung menurun dalam keluarga, walau pencetusnya kerap tidak dapat dilacak, dan muncul berulang.
- Infeksi virus, umumnya adalah herpes simpleks atau herpes zoster.
- Penyebab infeksi lainnya, seperti bakteri atau jamur Candida albicans.
- Trauma atau cedera (tergigit, tertusuk, dan sebagainya).
- Rokok, makanan atau bahan kimia yang mengiritasi.
- Kemoterapi dan radioterapi.
Tabel Sejumlah Penyebab Stomatitis | |
Kategori |
Contoh |
Infeksi Bakteri |
Actinomycosis* Acute necrotizing ulcerative gingivitis Gonorrhea Syphilis, primary or secondary TB* |
Infeksi Jamur |
Blastomycosis* Candidal infections (most common) Coccidioidomycosis* Cryptococcosis* Mucormycosis* (more common in diabetics) |
Infeksi Virus |
Herpes simplex, primer (kebanyakan pada anak-anak) Herpes simplex, sekunder (lesi dingin pada bibir atau langit-langit) Varicella zoster, primer (chickenpox) Varicella zoster kambuhan (shingles) Lainnya (eg, iinfeksi oleh coxsackievirus, cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, atau HIV; condyloma acuminata; influenza; rubeola) |
Penyakit Sistemik |
Sindroma Behçet Penyakit Seliak Neutropenia siklik Erythema multiforme Penyakit peradangan usus Defisiensi zat besi Kawasaki disease Leukemia Pemphigoid, pemphigus vulgaris Kelainan platelet Sindrom Stevens-Johnson Thrombotic thrombocytopenic purpura Kekurangan Vitamin B (pellagra) Kekurangan Vitamin C (scurvy) |
Obat |
Antibiotik* Anticonvulsants / antikejang* Barbiturat* Obat-obat kemoterapi Emas Iodida* NSAIDs* |
Iritasi fisik |
Susunan gigi yang kurang baik Gigi yang patah Kebiasaan menggigit sisi dalam bibir atau pipi |
Zat iritan dan alergi |
Makanan yang asam/pedas Aksesori gigi yang mengandung nikel atau palladium Paparan pekerjaan terhadap cat, uap asam, logam berat, atau debu-debu logam/mineral Tembakau/rokok (nicotinic stomatitis, umumnya pada langit-langit perokok tanpa tapis [palatum menjadi hiperkeratorik dengan bintik kemerahan pada bukaan glandula saliva]) Reaksi hipersensitivitas tipe IV (eg, terhadap bahan pada pasta gigi seperti Na lauryl sulfate, mouthwash, permen, permen karet, pewarna, atau lipstik) |
Lainnya |
Burning mouth syndrome Lichen planus Recurrent aphthous stomatitis – RAS (paling umum) Radiasi pada leher dan kepala |
*Jarang. |
Dokter umumnya (jika tidak dibatasi oleh waktu, atau jika antrean pasien tidak banyak) akan melacak secara detail penyebab dari gejala seriawan yang dikeluhkan oleh pasien. Sehingga ada sejumlah evaluasi yang akan layak dipertimbangkan oleh dokter dalam menangani kondisi stomatitis.
Evaluasi
Riwayat dari kondisi yang sekarang muncul, misalnya berapa lama sudah berlangsung, apakah pernah terjadi sebelumnya. Apakah terasa nyeri, dan jika iya, maka seperti apa kualitas dan kuantitas nyerinya. Hubungan keluhan dengan makanan, pasta gigi, larutan pencuci mulut, termasuk jika ada kemungkinan dari faktor pekerjaan jika berhubungan dengan logam berat.
Peninjauan sistem akan mencari kemungkinan gejala lain yang mungkin berhubungan dengan faktor penyebab stomatitis, misalnya diare kronis dan lemas, mungkin saja ada penyakit peradangan usus. Apakah ada tanda penyakit celiac, apakah ada lesi genital (penyakit Behçet, sifilis), apakah ada penurunan berat badan, rasa tidak enak di badan, atau bahkan demam?
Riwayat kesehatan di masa lalu juga selayaknya digali, terutama yang dapat menimbulkan lesi di mulut. Pelbagai penyakit terkait, termasuk infeksi herpes. Faktor risiko lesi di mulut, termasuk trauma hingga kondisi imunokompromi – daya tahan tubuh lemah (misal pada kanker, diabetes, transplantasi organ, penggunaan obat imunosupresan, infeksi HIV). Apakah pasien pernah mengalami terapi radiasi. Penggunaan obat-obat jika ada. Riwayat merokok. Riwayat sosial juga selayaknya dicatat oleh dokter, termasuk riwayat hubungan seks, terutama seks oral, seks tanpa perlindungan atau berganti-ganti pasangan.
Jika dokter lupa menanyakan hal-hal di atas, pasien dapat melengkapi keterangannya dengan memberitahukan dokter. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin banyak yang masih menganggap tabu di negara kita, namun jika tidak ditanyakan, maka kadang penyebab seriawan akan lolos dari pelacakan.
Pemeriksaan fisik akan melacak beberapa hal. Pertama-tama tentu saja kondisi umum pasien, termasuk apakah ada tanda demam. Apakah tampak baik secara umum, atau tampak memiliki masalah sistemik. Mulut akan diperiksa untuk melihat kondisi umum dan kondisi lesi stomatitis. Tambahannya, kulit dan lapisan mukosa lain akan diperiksa untuk menemukan apakah ada lesi, ruam, petekie, atau deskuamasi. Jika ada lesi bulosa, maka tanda Nikolsky wajib dilacak.
Beberapa temuan ini akan menjadi garis bawah bagi dokter jika ada:
- Demam
- Bula kutaneus
- Inflamasi okular (peradangan mata, mungkin seperti hipopion)
- Imunokompromi
Interpretasi temuan tergantung dari kemampuan dokter dalam mengolah data yang ada. Dokter dengan jam terbang tinggi menangani penyakit gigi dan mulut tentu saja akan memiliki nilai lebih. Pun demikian rerata dokter memiliki kemampuan baik dalam menangani stomatitis.
Biasanya penyebab akan tampak jelas melalui anamnesis, jika seriawan muncul setelah tertusuk tulang ikan, biasanya pemeriksaan tidak perlu ditambahkan lagi kemana-mana. Jika seriawan muncul berulang, maka pertimbangan pelacakan RAS, penyakit Behçet, perlu dilakukan. Riwayat HIV, diabetes, kanker dan sebagainya yang menandakan kemungkinan imunikompromi memerlukan tatalaksana tambahan yang sesuai dengan kondisinya, rujukan ke dokter ahli akan sangat mungkin terjadi pada temuan ini. Penggunaan antiobiotik atau jangka panjang mungkin memunculkan kecurigaan infeksi jamur. Serta penggunaan obat-obat tertentu bisa meningkatkan kecurigaan ke arah SJS atau TEN, yang tentu saja akan memerlukan rujukan ke rumah sakit.
Mereka yang mengalami kasus stomatitis berulang, kronis/berkepanjangan kemungkinan akan dirujuk untuk pemeriksaan tambahan yang bisa meliputi kultur untuk bakteri/jamur, tes laboratorium, biopsi. Sedangkan pasien dengan kondisi stomatitis akut tanpa kecurigaan sakit atau faktor risiko sistemik umumnya tidak akan memerlukan pemeriksaan tambahan. Beberapa tes laboratorium selain kultur bisa dimasukkan adalah tes untuk CBC – tes darah lengkap, serum besi, zinc, vitamin B12, folat, dan mungkin antibodi endomisial, yang sayangnya belum tersedia luas di Indonesia.
Terapi
Anda mungkin sudah menunggu-nunggu, bagaimana cara mengatasi atau mengobati seriawan yang menjengkelkan ini?
Prinsip terapi pada stomatitis adalah:
- Terapi penyebab
- Kebersihan mulut
- Obat topikal atau larutan pencuci mulut
- Kauter secara kimiawi atau fisika
Jika membaca PMK no. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter ~ maka di sana kita akan menemukan sejumlah kecil contoh kasus yang menghasilkan tanda berupa stomatitis. Jika kondisi-kondisi yang mendasari munculnya stomatitis diterapi secara mencukupi, maka stomatitis akan membaik dengan sendirinya. Saat memeriksakan diri ke dokter, ada baiknya Anda menanyakan kira-kira apa kecurigaan penyebab seriawan Anda.
Jika penyakit penyebabnya jelas, maka penyakit itu juga diobati. Jika penyebabnya adalah zat iritan, seperti pasta gigi, larutan pencuci mulut dengan kandungan etanol atau makanan tertentu, maka zat tersebut harus dihindari. Beberapa larutan pencuci mulut yang berbahan dasar larutan garam fisiologis dengan sikat gigit lembut masih ditoleransi, dan membantu mengurangi angka kuman di mulut, serta mencegah infeksi sekunder. Diet lunak yang tidak menyertakan makanan asam/pedas dan asin masih diperkenankan.
Pendekatan terapi topikal yang bisa terdiri dari: anestesi, lapisan pelindung, kortikosteroid, kauter, dilakukan untuk mengurangi gejala, termasuk nyeri. Bisa dilakukan secara sendiri, bisa dipadu.
Anestesi seperti larutan lidokain 2% sebanyak 15 ml (tiga sendok makan di rumah) digunakan berkumur selama 2 menit dapat membantu mengurangi rasa nyeri. Ada juga yang menggunakan campuran 15 ml larutan 1 gram sucralfate ditambah 30 ml larutan antasida (aluminium – magnesium) untuk berkumur dan menghasilkan lapisan pelindung.
Jika lesi atau peradangan diyakini oleh dokter tidak disebabkan oleh infeksi organisme tertentu, maka pasien dapat dianjurkan untuk:
- Berkumur setelah makan dengan larutan eliksir dexamethasone 0,5 mg/5 ml (1 sendok makan di rumah)
- Memberikan lapisan krim triamcinolone 0,1%.
- Oleskan amlexanox pada daerah lesi dengan menggunakan ujung jari.
Terapi dengan kortikosteroid memerlukan perhatian dan pengawasan dari dokter. Pada kasus RAS, mungkin larutan kumur yang mengandung dexamethasone lebih diutamakan, namun jika cukup parah maka penggunaan prednisone akan menjadi pertimbangan. Dan pada kondisi parah imunomodulator terutama yang topikal seperti amlexanox bisa dipertimbangkan. Antibiotika diperlukan jika ada kecurigaan infeksi bakteri, terutama yang memiliki spektrum luas, kadang dibarengi dengan pemberian vitamin C dan B kompleks. Di Indonesia ada dijumpai kasus resistensi dan alergi terhadap tetracycline yang merupakan salah satu jenis antibiotik yang direkomendasikan bagi kasus stomatitis, sehingga penggunaannya harus tetap bijaksana. Jika infeksi diduga diakibatkan oleh jamur, maka antifungi digunakan, sementara antibiotik dihindari. Jika disebabkan oleh virus, maka pemberian antivirus pada masa awal infeksi akan sangat bermakna untuk penyembuhannya.
Permasalahannya, sejumlah obat mungkin mahal seperti misalnya sucralfate, atau langka seperti misalnya amlexanox. Pada akhirnya kombinasi antara diet, kebiasaan menjaga kebersihan mulut, serta terapi untuk mengurangi gejala akan membantu kesembuhan. Oleh karena tidak ada satu terapi tunggal yang efektif bagi semua orang dan semua kasus, maka stomatitis sendiri masih akan menjadi kasus yang unik seni tata laksananya di dunia kedokteran.
Tinggalkan Balasan