Salah satu etika yang berlaku seputar kesehatan dan higienitas adalah “etika batuk”. Batuk adalah satu mekanisme yang dapat melepas kuman/patogen ke lingkungan dari seorang penderita sakit, misalnya saja tuberkulosis. Sedemikian hingga, etika batuk diterapkan untuk melindungi lingkungan akar tetap sehat, dan mencegah penularan penyakit lewat udara.
Jika Anda berkunjung ke pusat-pusat layanan kesehatan seperti Puskesmas atau rumah sakit, saat ini akan sangat mudah menemukan poster-poster terkait dengan etika batuk.
Sejumlah etika yang layak diterapkan saat batuk adalah:
- Mengenakan masker, dan ini bersifat sekali pakai. Jangan menggunakan masker bekas atau bolak balik. Masker dibuang saat kotor atau setelah selesai digunakan pada tempat sampah tertutup.
- Batuk dengan memalingkan wajah dari lawan bicara. Cukup diingat, jangan batuk ke arah orang lain.
- Tutup hidung dan mulut dengan tisu (pilihan utama) atau lengan baju bagian dalam (pilihan terpaksa). Jangan menggunakan tangan untuk menutup hidung dan mulut, karena kuman bisa menempel pada tangan. Jadi selalu ingat untuk membawa tisu ke mana pun saat batuk, dan buang tisu habis pakai ke tempat sampah tertutup.
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun setelah batuk. Ini adalah standar higienitas yang tidak boleh dilalaikan.
Jika Anda merasa bahwa batuk selalu berkelanjutan dan belum membaik walau sudah membeli obat bebas, over the counter drugs, atau bahasa kerennya obat warung. Maka segera periksa ke Puskesmas terdekat.
Dan terakhir tetaplah menjaga kesehatan dengan baik.
Tulisan ini dimuat dalam menyambut hari Tuberkulosis yang jatuh pada tanggal 24 Maret.
Tinggalkan Balasan