Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Makanan Olahan Siap Saji dan Kesehatan

Saat berpraktik tidak jarang saya bertemu dengan orang tua yang mengantarkan anak-anaknya untuk berobat, paling umum anak-anak ini terserang batuk pilek musiman atau sekadar radang saluran napas akut oleh virus atau bakteri. Pada kasus sederhana, anak-anak ini sebenarnya tidak memerlukan obat, sedikit ‘remedy‘ bisa membantu mereka.

Hanya saja pada akhir konsultasi biasanya akan ada permintaan orang tua agar dokter turut membantu melarang anak mereka agar tidak mengonsumsi makanan olahan atau makanan siap saja, karena orang tua khawatir akan kesehatan anak mereka. Tapi apakah ini tepat?

Dalam industri yang bersinggungan dengan kesehatan, ada istilah yang dikenal sebagai over/ultra-processed food, yang bisa diartikan makanan olahan atau siap saja yang diproses berlebih.

Di dalamnya termasuk golongan kudapan, roti, kue, makanan dan minuman dalam kemasan yang sebagian besar merupakan ‘roda penggerak’ ekonomi kuliner di seluruh dunia akibat cita rasa yang menggiurkan.

Apakah makanan ini berbahaya bagi kesehatan kita?

Hingga saat ini, tidak ada jawaban yang pasti YA atau TIDAK. Merujuk pada sejumlah penelitian seperti “Hubungan Antara Makanan Olahan Berlebih dengan Martalitas Para Dewasa di Prancis”1; “Konsumsi Makanan Olahan Berlebih dan Risiko Kanker”2; “Hubungan antara Makanan yang Digoreng dengan semua penyebab kematian akibat penyakit jantung dan kanker”3“; atau sumber-sumber lain maka ada beberapa hal yang kemudian disepakati.

Konsumsi makanan olahan berlebih bisa mengganggu kesehatan, karena tidak hanya makanan ini mengandung banyak karbohidrat, garam dan lemak jenuh yang tinggi serta rendah rendah serat. Makanan ini memiliki nilai gizi yang rendah. Konsumsi berlebihan berpotensi memberikan sumbangsih terhadap berkembang kondisi yang tidak diinginkan dalam tubuh manusia misalnya obesitas (kegemukan), hipertensi (tekanan darah tinggi), dislipidemia (gangguan metabolisme lemak), dan kanker (keganasan), yang kesemuanya berpotensi meningkatkan risiko mortalitas (kematian).

Saya pernah berjumpa dengan orang tua yang tidak tahu bahwa obesitas yang diderita anaknya adalah suatu penyakit, dan menganggap kegemukan adalah pertenda anak yang tumbuh sehat. Saya pernah bertemu dengan orang dewasa yang memiliki hipertensi sejak lama, dan tahu persis akan risikonya sebagaimana yang dialami oleh aggota keluarganya yang lain, namun tetap memilih tidak mengelola tekanan darah tingginya dan menerima risiko yang dimilikinya, diet hipertensi memang tidak pernah mengenakkan bagi sejumlah penderitanya.

Sedemikian hingga, memang ada kategori makanan yang dinilai tidak sehat, atau berpotensi merusak kesehatan apabila konsumsinya dilakukan (secara berlebihan?) Makanan yang diproses secara berlebihan adalah salah satunya.

Lalu apakah Anda mesti pantang terhadap makanan yang diolah atau cepat saji? Kembali pada masing-masing kita, pilihan makanan dan pola diet kita, dengan mengenal, mengetahui serta memahami masing-masing risikonya.

Pemerintah sendiri saat ini melalui program GERMAS sudah mendorong agar masyarakat lebih banyak melakukan konsumsi buah dan sayur dengan menjaga kesehatan. Tidak hanya untuk kesehatan tubuh, konsumsi buah, sayur, ikan, dan biji-bijian utuh (misalnya nasi dari beras katul) bermanfaat bagi kesehatan jiwa dengan potensi mengurangi risiko depresi4.

 


  1. Schnabel L, Kesse-Guyot E, Allès B, et al. Association Between Ultraprocessed Food Consumption and Risk of Mortality Among Middle-aged Adults in France. JAMA Intern Med. Published online February 11, 2019. doi:10.1001/jamainternmed.2018.7289 
  2. Fiolet ThibaultSrour BernardSellem LauryKesse-Guyot EmmanuelleAllès BenjaminMéjeanCaroline et al. Consumption of ultra-processed foods and cancer risk: results from NutriNet-Santé prospective cohort  
  3. Sun YangboLiu BuyunSnetselaar Linda GRobinson Jennifer GWallace Robert BPetersonLindsay L et al. Association of fried food consumption with all cause, cardiovascular, and cancer mortality: prospective cohort study  
  4. Jun S Lai, Sarah Hiles, Alessandra Bisquera, Alexis J Hure, Mark McEvoy, John Attia; A systematic review and meta-analysis of dietary patterns and depression in community-dwelling adults, The American Journal of Clinical Nutrition, Volume 99, Issue 1, 1 January 2014, Pages 181–197, https://doi.org/10.3945/ajcn.113.069880 
Iklan


3 tanggapan untuk “Makanan Olahan Siap Saji dan Kesehatan”

  1. […] memiliki sejumlah pantangan yang tidak menyenangkan, seperti diet rendah sodium sehingga harus mengurangi pangan olahan. Pasien sering kali ingin tahu, apakah tekanan darahnya berada dalam batas normal, rendah, ataukah […]

    Suka

  2. Akhirnya Pak Dokter nongol juga :p Terima kasih artikelnya 🙂

    Suka

    1. Iya, kemarin hiatus lama karena lagi banyak yang harus dikerjakan.

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: