Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Setahun COVID-19

Ketika COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada akhir 2019 di Tiongkok, sangat sedikit yang diketahui tentang penyakit ini, bagaimana mengobatinya atau apa dampaknya. Setahun kemudian, pengetahuan telah berkembang dan beberapa vaksin telah dikembangkan. Jadi apa yang sekarang kita ketahui tentang COVID-19? Dan apa yang mungkin terjadi dengan penyakit di masa depan?

Antara COVID-19 dan Flu

Pada hari-hari awal pandemi beberapa laporan menyatakan COVID-19 serupa dengan flu musiman – namun COVID dan flu adalah virus pernapasan yang dapat menyebabkan apa pun dari penyakit ringan hingga mengancam jiwa, dan kita sekarang tahu bahwa ada beberapa perbedaan penting.

COVID-19 memiliki ‘masa inkubasi’ yang lebih lama daripada flu (sekitar 5-6 hari) yang berarti tidak menyebar secepat flu, namun dengan ‘angka reproduksi’ sedikit lebih tinggi (2,4 s.d. 3,1 dibandingkan dengan 2 pada flu), yang berarti lebih menular.

Pada influenza, anak-anak biasanya menjadi pembawa aktif penyebaran penyakit. Sementara pada COVID-19, anak-anak tampaknya tidak terlalu terpengaruh dibandingkan orang dewasa – dan kemungkinan anak-anak terkena penyakit ini dari orang dewasa dibandingkan sebaliknya.

Photo by Gustavo Fring on Pexels.com

Sayangnya, angka kematian (mortalitas) tampaknya lebih tinggi pada COVID-19. Tentu saja hal ini masih memerlukan lebih banyak data dan perkiraan yang komprehensif. Tapi setidaknya sekitar 0,8% dari keseluruhan kasus terkonfirmasi, dan memuncak pada lansia. Angka kematian pada pasien berjela berat yang perlu rawat inap di rumah sakit sekitar tiga kali lebih tinggi pada kasus COVID-19.

Partikel airborne bisa menularkan

Seperti banyak penyakit akibat virus, COVID-19 ditularkan melalui partikel cair, dilepaskan ke udara atau permukaan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Pada awal pandemi diperkirakan hanya tetesan yang lebih besar – mungkin menempel di permukaan atau dari kontak langsung – dapat menyebabkan infeksi.

Kita sekarang tahu bahwa COVID-19 juga dapat ditularkan melalui partikel aerosol kecil, yang berarti virus dapat melayang di udara cukup lama pada ruangan berventilasi buruk. Virus ini dapat menulari orang lain walau-pun orang tersebut sudah menjaga jarak.

Para ilmuwan juga sekarang tahu bahwa beberapa orang dapat membawa virus tetapi tidak menunjukkan gejala sama sekali. Diperkirakan bahwa 1 dari 5 orang mungkin tidak menunjukkan gejala tetapi mungkin masih menular, yang berarti dimungkinkan untuk terkena COVID-19 dari seseorang yang tampaknya benar-benar sehat.

Banyak wajah

Awalnya, tidak banyak diketahui mengenai gejala COVID-19. Mulai dari menyerupai influenza hingga pneumonia adalah penggambaran COVID-19 pada awalnya.

Kini kita juga tahu bahwa gejala seperti kehilangan atau penurunan indera penciuman atau perasa juga termasuk gejala COVID-19. Beberapa gejala lain dapat muncul secara terpisah atau bersamaan, seperti: sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendiri, diare, mual-muntah, meriang, ruam pada kulit, hidung tersumbat, hingga mata merah (konjungtivitis).

Mereka yang berisiko

Ketika pertama kali muncul, kita tidak mengetahui secara jelas siapa yang paling rentan terhadap penyakit ini. Dokter kemudian secara tepat mengasumsikan bahwa mereka dengan kondisi sakit tertentu lebih berisiko terhadap kondisi penyakit yang lebih berat. Kondisi ini termasuk kanker, diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan usia lanjut.

Pun demikian, kita juga kini tahu bahwa anak-anak memiliki risiko kecil pada infeksi COVID-19 dibandingkan orang dewasa, meski pada kasus yang jarang anak-anak mungkin menderita sindrom peradangan berminggu-minggu pasca pajanan.

Lelah Berkelanjutan

Umumnya, COVID-19 hanya berlangsung dalam hitungan pekan, beberapa minggu paling lama hingga pasien sembuh (pada kasus yang sembuh).

Namun kini sejumlah bukti menunjukkan bahwa seseorang yang sembuh dari COVID-19 dapat menderita apa yang disebut “long COVID” – sebuah kondisi kelelahan berkepanjangan, seperti halnya pada PVF – post viral fatigue.

Gejalanya berupa lemas, lelah, sesak napas, dan sejumlah keluhan lain yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu lama (hingga berbulan-bulan). Kondisi ini masih relatif sesuatu yang belum banyak diketahui dan masih dipelajari. Sehingga belum dapat diketahui pasti, sampai kapan gejala akan menetap.

Evolusi pengobatan

Ketika COVID-19 pertama kali muncul pada awal 2020, tidak ada pengobatan yang ditetapkan untuk penyakit ini selain obat pereda nyeri untuk meredakan gejala, memberikan oksigen kepada mereka yang membutuhkannya, dan perawatan ventilator jika oksigen dengan masker tidak mencukupi.

Tren pengobatan COVID-19 memang belum mendapatkan konsensus, namun obat-obat antiviral mulai banyak mendapatkan perhatian dan tersedia sebagai protokol pengobatan dalam situasi kedaruratan.

Pemahaman bahwa COVID-19 mampu menyebabkan hiperkoagulasi juga mengubah praktik penggunaan obat-obat pengencer darah (antikoagulan) baik dalam upaya preventif maupun kuratif.

Pengelolaan pasien mulai dari posisi berbaring hingga perawatan intensif juga banyak mengalami penyesuaian.

Vaksin dan masa depan

Kita telah melihat vaksin diberikan di mana-mana sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan oleh pengampu kebijakan. Sejumlah vaksin dibuktikan dapat mencegah COVID-19 hingga 97% dengan keamanan yang dikaji secara seksama.

Pun demikian, kita masih belum tahu jumlah vaksinasi yang diperlukan hingga terbentuk kekebalan komunitas (herd immunity) di masyarakat kita, angka yang menunjukkan jumlah populasi yang membawa antibodi cukup banyak untuk mengeleminasi COVID-19.

Perkiraan ini dipersulit juga karena COVID-19 mudah menyebar dan bermutasi. Kita memiliki angka 95% populasi untuk campak dan 80% untuk polio, namun kita belum memiliki angka pasti jumlah populasi dengan kekebalan untuk COVID-19.

Apa yang mungkin terjadi adalah COVID-19 akan menjadi ‘endemik’ – artinya virus itu ada sepanjang waktu pada tingkat yang rendah, dengan jumlah orang yang terinfeksi sedikit dan beberapa meninggal setiap tahun – agak mirip flu sekarang. Saat varian menjadi lebih dipahami, kita mungkin akan memiliki booster (penguat) vaksin COVID-19 tahunan dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan untuk varian flu.

Kemungkinan COVID-19 akan tetap menjadi bagian dari kehidupan kita untuk beberapa waktu mendatang. Untuk memastikan efek pada kehidupan sehari-hari diminimalkan, penting bahwa orang divaksinasi untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain, dan untuk menurunkan tingkat infeksi secara keseluruhan.

Catatan: diadaptasi dari Patient.info – informasi mengenai COVID-19 pada berupa setiap saat, selalu pastikan informasi berasal dari sumber resmi.



Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: