Karena Menyalin Itu Diizinkan

Selama berpuasa sehari semalam, gairah menulis menurun, bahkan untuk mengangkat tangan menuju papan ketik saja rasanya susah sekali. Jadi saya hanya menghabiskan waktu dengan melihat beberapa tulisan ringan saja. Saya begitu tertarik bahwa banyak isu yang serupa diangkat dalam guratan-guratan yang berbeda oleh penulis-penulis yang berbeda, seperti seni fotografi objek tunggal, setiap penulis memiliki sisi pandang yang unik.

Saya suka menjamahi beragam sisi kreatif yang seakan muncul begitu saja dari ruang kosong. Pun kemudian, ide – saya setuju – seringkali bukan sesuatu yang murni lagi. Saling melengkapi dan saling mengisi, itulah yang kita lakukan. Meski terkadang kita melihat bahwa sudut pandang satu dan yang lain tampak terungkap begitu serupa.Dan yang persis sama itu bisa sebuah salinan semata, sebuah konten di salin dari satu halaman ke halaman lainnya, baik itu berupa situs, blog, forum, ataupun jejaring sosial di dunia maya. Nah, jika kembali berbicara tentang salin menyalin konten, saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya. Nyatanya dalam masyarakat kita menyalin adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, kadang bagian dari dunia pembelajaran.

Konten blog ini “disalin” ke luar sebanyak ribuan kali dalam setiap bulannya, dan bisa muncul di manapun.

Laporan jumlah salinan ke luar blog ini.

Kadang saya melihat beberapa laporan salinan konten yang terdapat di blog ini. Berapa banyak kata yang diklik kanan kemudian disalin untuk dicari di mesin telusur, berapa konten yang diambil tanpa memberikan pranala balik ataupun dengan tautan balik, atau berapa gambar yang disalin di tempat lain. Dan inipun yang tercatat, karena mungkin ada yang seperti saya, tidak suka membiarkan dirinya tercatat, alias tidak meninggalkan jejak.

Internet nyaris memberikan ruang tanpa batas untuk pembagian informasi dalam berbagai bentuk. Termasuk dalam bentuk duplikasi informasi di pelbagai ruang maya. Dan saya rasa, membagikan informasi dengan cepat saat ini, ya salah satunya dengan metode salin tempel. Cepat dan efektif, sehingga saya rasa inilah sebuah terobosan yang sangat bagus.

Kita nyaris melakukan setiap hari, misalnya saja jika Anda menggunakan twitter, hal sederhana seperti melakukan re-tweet adalah program salin tempel yang mudah cepat. Informasi pun segera menjalar ke mana-mana. Atau sharing konten blog ke Facebook dengan tombol “like“. Anda bisa menemukan contoh-contoh lainnya.

Menyalin itu diizinkan secara etika dengan ketentuannya, yang dilarang adalah mencuri.

Jadi, saya sendiri tidak pernah keberatan tulisan di blog ini disalin, bahkan meski terkadang akhirnya terdampar di ranah paling misterius di dunia maya – alias, ruang yang tidak saya jamah kecuali dengan meretasnya.

Apa yang tidak baik adalah pencurian, dan pencurian konten adalah salah satunya. Saya tidak tahu apakah Anda adalah orang yang memiliki pandangan bahwa menyalin dan plagiasi adalah dua hal yang sama, sehingga terkatung-katung antara berada di sisi mendukung plagiasi atau menentang penyalinan konten? Saya acapkali berdikusi dan berkata, silakan menyalin, namun jangan melakukan plagiasi.

Jadi jangan sungkan menyalin, jika Anda menemukan sesuatu yang bagus di luar sana, salinlah dan mungkin dengan demikian Anda akan membawa keindahan dan kebaikan itu pada lebih banyak orang. Namun diperlukan sebuah kelapangan hati untuk tetap berkata, “ini bukan karya saya, saya hanya membagikannya.” – pun demikian itu adalah hal sederhana namun terindah yang bisa kita lakukan saat berbagi.

Begitu pula yang kontennya disalin, sebaiknya jangan buru-buru emosi, siapa tahu tidak ada maksud buruk di dalamnya. Namun jangan juga terlalu vegetatif, jika ada pencurian konten namun kita diam saja, berarti kita sama juga dengan mendukungnya.

4 tanggapan untuk “Karena Menyalin Itu Diizinkan”

  1. Mas Cahya, satu posting-an saya tentang kebugaran yang dulu itu, pernah disalin bulat-bulat dan di-post ama seorang blogger. Saking persisnya, ada pingback mampir ke beberapa posting-an yang memang saya buat rujukannya di posting-an kebugaran tsb. 😀   Kocak dah…

    Lucunya, blogger yang nyalin tadi hanya nulis di akhir posting-an, “sumber: [URL lengkap posting-an saya”.

    Gitu itu gimana ya? Benar atau salah? Bingung juga saya….

    Suka

    • Ya, sekarang kembali pada Mas Asop selaku pemegang hak cipta tulisan. Lisensinya apa?
      Semisalnya saya menggunakan CC-NC-SA, maka atribusi “share alike” pada lisensi tersebut mengizinkan orang membagi tulisan saya baik secara utuh, diubah dan sebagainya tanpa perlu izin saya, dengan syarat tidak komersialkan dan masih berada di bawah lisensi yang sama.
      Kalau pakai Creative Common dengan atribusi “No derivation”, berarti salinan tidak boleh diubah sama sekali.
      Namun kalau Mas Asop tidak menggunakan Creative Common tapi hanya Copyrights saja, maka ya tidak boleh ada yang mengutak-atik tanpa izin. Berbeda jika Copyleft, itu bisa diapakan saja.
      Nah, Mas Asop pakai yang mana? :).

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.