Kapan Kasus Demam Dengue Memerlukan Rawat Inap?

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini dapat berkembang menjadi risiko yang fatal jika tidak ditangani dengan baik.

Mengenal Gejala Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue

Pada kasus demam dengue yang ringan, gejala yang muncul sering kali mirip dengan gejala flu, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian. Namun, pada kasus yang lebih berat, gejala dapat mencakup muntah persisten, nyeri perut yang parah, napas memburu, perdarahan tak terkendali seperti mimisan atau muntah darah, serta munculnya ruam merah pada kulit.

Siklus Pelana Kuda dalam Demam Berdarah Dengue

Dalam perkembangan DBD, terdapat fase yang dikenal sebagai Siklus Pelana Kuda, yang terbagi menjadi tiga tahapan:

  1. Fase Demam: Munculnya demam tinggi selama 3-7 hari disertai gejala lain seperti nyeri otot dan sakit kepala.
  2. Fase Kritis: Meskipun demam mungkin turun, kondisi pasien dapat memburuk dan memerlukan perawatan intensif.
  3. Fase Penyembuhan: Pasien melewati masa kritis dan trombosit darah mulai membaik.

Kriteria Rawat Inap untuk Pasien Demam Berdarah Dengue

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pasien DBD dengan gejala kegawatan sebaiknya menjalani rawat inap di rumah sakit. Gejala kegawatan tersebut antara lain penurunan kesadaran, kesulitan makan dan minum secara normal, serta tanda-tanda syok. Penurunan trombosit tidak serta merta menjadi kriteria rawat inap.

The decision to hospitalize dengue fever patients is complex and depends on various factors. Lye (2008) and González (2008) both found that severe adverse outcomes are rare in young adults with uncomplicated dengue fever, suggesting that outpatient monitoring may be a safe alternative to hospitalization. However, Mallhi (2017) and Silva (2018) identified specific risk factors associated with prolonged hospitalization and death, such as dengue hemorrhagic fever, elevated alkaline phosphatase, prolonged prothrombin time, and organ failure. These findings highlight the need for a comprehensive assessment of each patient’s condition to determine the appropriate level of care. According to Ahmed (2001), respiratory difficulty, pleural effusion, splenomegaly, tachycardia, low blood pressure, narrow pulse pressure, prolonged capillary refill time, shock, convulsion, coma and platelet count of 100,000/cmm or less were significantly associated with a 5-25 times higher risk of death.

Pada masa wabah jumlah kasus demam dengue dapat melonjak tinggi, dan tidak menutup kemungkinan akan melampaui jumlah tempat tidur rawat inap di rumah sakit, puskesmas maupun klinik rawat inap di suatu daerah. Sehingga penapisan kasus-kasus yang benar-benar memerlukan rawat inap menjadi penting, sedemikian hingga sumber daya kesehatan yang tersedia di suatu daerah tepat guna dengan segala keterbatasannya.

Selama rawat inap, pasien akan mendapatkan perawatan intensif termasuk pemberian infus yang mengandung elektrolit, pemantauan tekanan darah, denyut nadi, dan kesadaran untuk mencegah dehidrasi dan memperburuk gejala kegawatan.

Pertimbangan Rawat Jalan untuk Pasien Demam Berdarah Dengue

Dokter akan menentukan apakah pasien memerlukan rawat inap atau dapat dirawat jalan di rumah berdasarkan stabilitas kondisi pasien. Pasien yang dirawat jalan harus tetap terhidrasi dengan baik dan memerlukan pemeriksaan keseimbangan cairan tubuh secara berkala.

Kesimpulan

Rawat inap diperlukan bagi pasien DBD dengan gejala kegawatan untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat dan intensif. Keputusan untuk rawat inap atau rawat jalan harus dibuat oleh dokter berdasarkan evaluasi kondisi pasien.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.