Perubahan Paradigma Pilihan Perangkat Lunak pada Windows 10

Selama kurang lebih empat tahun saya bermigrasi penuh ke Windows 10, paradigma pilihan perangkat lunak yang saya gunakan sehari-hari. Pertama perlu diingat bahwa Windows 10 tidak lebih ringan dibandingkan pendahulunya, sebut saja Windows XP hingga Windows 8.1 yang bernampilan modern, dan guna menyeimbanginya perangkat keras pun ikut berpacu menghasilkan luaran terbaru mereka yang kian canggih dari waktu ke waktu. Pun demikian ada beberapa harga yang layak dibayar dengan semua kondisi ini, yaitu komputer tidak lagi menjadi terjangkau dengan sistem operasi Windows 10 sedemikian hingga dapat digunakan secara nyaman.

Pun demikian, sangat banyak dari kita yang tidak akan sanggup berinvestasi lebih pada sebuah komputer atau laptop untuk membantu pekerjaan kita. Tidak semua orang akan dapat mengakses Apple Macbook atau Microsoft Surface Pro – misalnya, mereka yang bisa juga akan mempertimbangkan kembali investasi ini.

Kisaran investasi yang aman untuk bekerja dengan Windows 10 adalah antara empat hingga tujuh juta rupiah. Mesin komputer pada kisaran harga tersebut sudah memberikan kemampuan kebutuhan dasar bagi kebanyakan orang, meski pun belum tentu sudah menyediakan kenyamanan juga.

Agar nyaman, ada beberapa hal yang biasanya saya sendiri utamakan dalam memilih komputer. Pertama adalah media penyimpanan, saya tidak lagi memilih HDD, setidaknya saya akan memilih SSD, walau bukan yang terbaik di kelasnya. Saya tidak akan menggunakan RAM sebesar 4 GB, setidaknya di atasnya. Sisanya seperti jenis prosesor, saya masih berani kompromikan. Papan ketik yang nyaman juga kadang harus turut mengalah.

Dengan keterbatasan tersebut, pemilihan perangkat lunak di dalam Windows 10 biasanya benar-benar minimalis. Bayangkan dengan ruangan SSD yang rata-rata hanya 128 GB sebelum dipotong ruang sistem operasi, berapa banyak yang bisa kita manfaatkan?

Oleh karena itu, sistem pencadangan awan sangat menyambung hidup pengguna SSD dengan anggaran pas-pasan. Pencadangan awan ada sangat banyak, di antaranya: Dropbox yang menyediakan hingga 16 GB ruang gratis bagi penggunanya, Google Drive yang gratis hingga 17 GB, dan OneDrive dari Microsoft yang gratis 5 GB (tautan referensi akan memberikan Anda tambahan ruang gratis). Untuk versi berbayar, maka bagi pengguna Windows 10, OneDrive adalah pilihannya, dan saya termasuk yang menggunakannya.

Ruangan SSD 128 GB di komputer saya hanya tersisa kurang dari 22 GB, di mana saya meletakkan hampir 18 GB dokumen pada pencadangan awan. Bayangkan saja jika saya tidak memiliki pencadangan awan, maka tidak ada yang tersisa dari ruang penyimpanan internal komputer saya.

Saat menggunakan Windows XP hingga Windows 8.1, pencadangan awan belum lahir di awal periode, dan di akhir periode hanya sebagai pernak-pernik saja. Namun sekarang telah menjadi sesuatu yang esensial bagi saya, sedemikian hingga saya acap kali menggunakan perangkat lunak terkait pencadangan awan. Bahkan, saya hampir tidak pernah lagi menggunakan media penyimpanan eskternal seperti CD, DVD atau UFD.

Hal lain yang berubah adalah sumber perangkat lunak. Dahulu, perangkat lunak dibeli/diunduh melalui situs resmi mereka, lalu dipasang pada Windows secara manual. Tentu saja ini masih ada, tapi tidak semua. Sejumlah perangkat lunak pada Windows 10 bisa didapatkan dari Microsoft Store.

Beberapa aplikasi beralih ke ke penyediaannya ke Microsoft Store, misalnya dulu saya menggunakan VLC dari berkas instalasi, sekarang langsung dari Microsoft Store. Microsoft Office 365 sudah sejak lama tersedia di Microsoft Store.

Tentu saja ada aplikasi yang tidak tersedia di Microsoft Store, dan dipilih alternatifnya. Misalnya dulu aplikasi pengarsip bisa menggunakan PeaZip & 7zip yang gratis atau WinZip & WinRar yang berbayar, maka sekarang pilihan saya adalah 8 Zip (ada yang gratis dan ada yang berbayar).

Ada juga aplikasi yang tersedia dalam dua bentuk, misalnya Paint.NET, namun saya tidak memilih yang tersedia di Microsoft Store.

Memilih aplikasi di Windows Store sebenarnya bisa membantu saya merasa lebih nyaman dalam hal pembaruan aplikasi. Sama seperti menggunakan Linux, atau Play Store pada Android, atau App Store di iOS, pada Windows Store, pengguna tidak lagi perlu memusingkan masalah pembaruan aplikasi, karena dapat dilakukan secara otomatis.

Sayangnya, tidak semua aplikasi Windows Store itu gratis – kata penggemar gratisan. Aplikasi yang baik memang memiliki harga tinggi, misalnya saja bagi mereka yang banyak bekerja dengan PDF, Foxit PhantomPDF masih relatif tinggi harganya; demikian juga dengan Grapholite sebagai alternatif Visio, atau juga Afinity Photo & Afinity Designer sebagai alternatif Adobe Photoshop dan Adobe Ilustrator atau Corel Draw. Tapi tentu saja ada aplikasi bagus yang gratis, Inkscape misalnya.

Isu keamanan juga selayaknya menjadi perhatian besar kebanyakan pengguna saat ini. Tidak seperti distribusi Linux, dengan pengecualian Android, Windows masih rentan terhadap serangan keamanan. Jika dulu masalah virus komputer yang mengancam, maka saat ini intian yang paling mengkhawatirkan adalah ransomware.

Pada Windows 10, hal ini bisa diatasi dengan dua cara sederhana, yaitu memasang produk aplikasi keamanan yang mendukung perlindungan terhadap ransomware, atau cukup melakukan login dengan akun Microsoft dan mengaktifkan OneDrive lalu biarkan Keamanan Windows mengambil alih isu ini secara otomatis.

Windows 10 hampir tidak memerlukan sistem keamanan tambahan selama kegiatan harian pengguna bukanlah sesuatu yang berisiko. Solusi keamanan tambahan masih boleh dipertimbangkan dengan menggunakan versi antivirus gratisan yang kini hampir semua penyedia memilikinya seperti avast, bitdefender, kaspersky atau panda antivirus.

Kapan mempertimbangkan antivirus tambahan? Biasanya jika Windows 10 tidak mengaktifkan OneDrive – misalnya pada komputer yang digunakan di kantor dengan login akun lokal. Atau pada kasus Windows 10 tidak mendapatkan pembaruan terkini dengan otomatis. Misalnya ada pengguna yang masih terjebak pada Windows 10 bangun 1803 dan belum ditingkatkan ke versi 1809, pilihannya adalah mengguna pengaman tambahan atau melakukan peningkatan secara ‘paksa’ dengan Windows 10 Update Assistant.

Perkembangan pasar daring (online shop) juga sangat besar, dan pelaku yang berkecimpung dalam mekanisme transaksi digital juga perlu melindungi diri mereka. Memiliki aplikasi layanan VPN menjadi suatu investasi yang niscaya. Saya sendiri juga menggunakan VPN, selain demi keamanan saat bertransaksi keuangan daring, juga untuk mempercepat akses Internet. Banyak website yang jika diakses melalui ISP lokal, terutama melalui mobile hotspot terasa lambat memberikan tanggapan, dengan VPN saya menemukan konektivitas menjadi lebih responsif. Saya menggunakan ExpressVPN berdasarkan sejumlah rekomendasi.

Era komunikasi juga menyebabkan aplikasi perpesanan semakin banyak digunakan, walau tidak sedikit yang tumbang seperti Yahoo Messenger & BlackBerry Messenger. Terpasang Skype, Telegram atau Skype menjadi pemandangan yang umum bagi saya. Jenis aplikasi yang serupa dengan penyedia yang berbeda dibandingkan tempo dulu.

Sementara itu komunikasi melalui surat elektronik kini semakin jarang, padahal dua windu yang lalu, surat elektronik merupakan salah satu media komunikasi yang sering saya gunakan. Layanan Yahoo, Google dan Microsoft juga masih menjadi andalan sejak dulu, walaupun dengan mempertimbangkan privasi, saya juga memiliki ProtonMail yang aktif.

Tentu saja ada beberapa hal yang sejak dulu tidak berubah dalam pilihan perangkat lunak, Steam misalnya, bagaimana mungkin Steam dapat digantikan dengan yang lain? Bahkan ketika yang ditawarkan Steam juga tersedia di Microsoft Store.

2 tanggapan untuk “Perubahan Paradigma Pilihan Perangkat Lunak pada Windows 10”

  1. Saya juga sudah pakai Windows 10 untuk kerja sehari-hari. Well, penggemar Linux sudah mulai berkurang dong

    Suka

    • Saya kurang tahu kalau tentang jumlah penggemar, karena seperti saya walau sudah pakai Windows 10, tetap jadi penggemar Linux. Hanya saja saya tidak punya cukup waktu untuk memelihara dua sistem operasi sekaligus pada PC. Kalau jumlah pengguna saya juga kurang tahu, tapi kalau dilihat dari pembagian pasar, memang setahun ini pasar Linux (termasuk Chrome OS) tergeser oleh Windows, yang dulu sempat ada pada angka 2,7%, akhir bulan lalu berkisar pada sekitar 1,9%. Tapi tidak hanya Linux, MacOS juga mengalami tekanan pasar.

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.